Kopi.
2tahun lalu kopi ini ngga lebih dari sekedar minuman
berwarna hitam yang kalau ngga dikasi gula itu pahit.
2tahun lalu kopi itu ngga lebih dari sekedar kopi Nescafe
sachet.
2tahun lalu kopi itu ngga lebih dari sekedar minuman yang
kita pesen di Coffee Shop supaya bisa numpang wifi gratis dan keliatan gaul.
2tahun lalu aku ngga suka kopi.
Dan sekarang, aku terjun di dunia kopi. Bekerja di
perusahaan trading kopi. Dan bertugas untuk mengedukasi masyarakat agar belajar mencintai
kopi (sekalipun belum satupun yang tereduka.
Oke sampai dibagian ini, aku akan bercerita panjang lebar
bagaimana ceritanya aku terjun di dunia kopi. Seriously, kalian ngga akan
tertarik. Jadi jangan dilanjutkan baca.
Well, mari kita lanjut bercerita…
Awal mulanya, aku ngga pernah bermimpi kalau suatu saat
bakal terjun ke dunia kopi. Karena mimpiku dulu adalah lulus kuliah ngga tau
gimana caranya mendadak kaya raya. Buka usaha ternak babi ngepet, jual kain
gombal yang aku sebut sebagai pesugihan atau buka jasa pelihara tuyul. Income 3
milyar tiap bulan. Punya istri 5 yang bohay semua, tapi aku baru inget sekarang
aku punya pacar, pasti aku disinggung terus karena aku nyebut mengenai punya
istri 5 bohay. Pasti dia bilang “oh aku ngga cukup bohay buat kamu, sana cari
perawan lain” ya maklum perempuan, apalagi lagi dapet pula dia.
Oke sampe sini udah mulai melenceng, back to topic.
Jadi
entah kesambet apa tiba-tiba aku memberanikan diri melamar kerja sebagai
Barista di salah satu Café. Bukan karena aku tertarik pada kopi, tapi karena
saat itu sudah berada dipenghujung kuliah menuju lulus menyisakan satu hambatan
hidup yaitu ‘SKRIPSHIT’
Mau kerja kantoran masih males plus ngga memungkinkan karena
masih ada jadwal konsul sama dosen selain itu perusahaan mana yang mau hire aku
yang masih plonga plongo cengengas cengenges waktu itu?
Apply job sebagai Barista di salah satu Café yang bahkan
saat itu aku ngga tau Barista itu ngapain kerjanya bahkan ketika interview aku
Cuma bisa jawab “setau saya cara membuat kopi itu cukup bubuk kopi berapa
sendok makan tergantung selera lalu tuang air panas dan hidangkan, jangan lupa
gula”. Aku ditanya apa itu Espresso cuma bisa diam dan tersenyum lalu
geleng-geleng. Dan ajaibnya diterima!
Di Café tersebut aku yang ngga mengerti apa-apa terpaksa
menjadi beban hidup oleh barista-barista lain yang sudah berpengalaman. Tapi
untungnya mereka berbelas kasih untuk mengajarkan makhluk biadab ini tentang
jenis-jenis kopi, jenis-jenis minuman serta penggunaan mesin kopi yang menurutku
sangat canggih serta super panas. SERIUS PANAS!
1 tahun berada di Café tersebut menjadikanku Barista pemula
dengan pengetahuan yang terbatas mengenai dunia kopi. Berbekal Ijazah dari
kampus dan pengetahuan yang sangat amat terbatas itu, aku memberanikan diri
untuk apply Barista di Perusahaan Trading Kopi. Nekat? Sangat, tapi kalau ngga
dicoba mana tahu?
Dapet panggilan Interview dari perusahaan tersebut, ketika
diinterview dalam bahasa Inggris, aku kembali plonga plongo dan cengengesan.
Dan ajaibnya lolos (lagi). Entah ini aku yang terlalu beruntung atau perusahaan
tersebut terlalu sial atau tidak ada pilihan lain selain menerima manusia satu
ini.
Bekerja sebagai Barista di Café dan di Perusahaan itu
rupanya cukup berbeda, karena di Café kita operational, serving kopi. Sedangkan
di perusahaan kita sebagai back up team Marketing, kita bertugas untuk
mengedukasi calon buyer Marketing tersebut mengenai Etimologi Dunia Kopi.
Berbekal dengan pengetahuan yang terbatas itu aku survive di berbagai macam
presentasi. Dan entah bagaimana caranya tiba-tiba dari pusat menunjuk Barista
baru mereka yang suka melongo ini untuk ikut sertifikasi sebagai Cupper Kopi.
Cupper itu adalah orang yang menentukan kualitas dari suatu
kopi, semacam Quality Control dalam dunia kopi. Lidah mereka adalah lidah yang
peka dan dapat mengetahui setiap karakteristik tersembunyi dalam kopi.
Sepertinya keren dan emang keren!
Jadi bisa dibayangkan betapa bangga dan takutnya ketika
mendapat kesempatan ini.
Sertifikasi tersebut diselenggarakan oleh SCAA (Specialty
Coffee Association of America), yang ngajar disebut sebagai Q1 (Q One) selama 5
hari. Pesertanya dari berbagai Negara, mulai dari America – Cina – Korea –
Vietnam dan jangan lupa, Tuan rumah Indonesia. Selama program tersebut kami
benar-benar dicekokin yang namanya pengetahuan mendalam soal kopi. Mulai dari
proses masih di pohon sampai layak di konsumsi. Dan di program ini lah aku baru
tahu kalau kopi itu ternyata bukan cuma pahit tapi ada 4 komponen utama which
is Pahit, Manis, Asam, Asin. Dan setelah 5 hari disertai Final Test, finally
lolos ujian dan sukses menjadi Cupper bersertifikat!
Satu bentuk kebanggaan tersendiri, dan karena berbagai macam
keberuntungan itu membawa makhluk biadab ini ke tanah Sumatera untuk belajar
kopi lebih mendalam sampai sekarang.
Kenapa aku sebut hal-hal diatas adalah sebuah keberuntungan? karena sebelum terjun di dunia kopi ini, aku ngga tau aku mau jadi apa setelah aku lulus kuliah nanti, aku ngga tau mau hidup seperti apa atau sebagai apa. Aku bukan murid berprestasi, aku bukan atlit, hidupku diisi dengan tertawa. Ya mungkin itu lifetime achievementku, bikin orang lain tertawa entah itu dengan kebodohanku atau hal ini. Selain itu? im nobody. Intinya sih setiap orang diberikan satu kesempatan yang sama. Semua memulai di satu garis start yang sama. tinggal kitanya bagaimana,
Dan tibalah kita di bagian akhir postingan ini, aku tahu
kalian akhirnya bersyukur karena postingan ini akhirnya selesai.
Well, akhir kata aku tetap ngga suka kopi, kopi itu pahit.