Rabu, 28 Oktober 2009

feast of love

Dear diary,
Hari ini aku seneng bisa kenal dia lebih dalam lagi. Uhh serasa terbang ke langit! Apa ini cinta ya? yang jelas aku ngga bisa klo ngga ada dia. Aku ingin dia jadi milikku, seperti dalam puisi jika ia adalah bintang maka aku adalah sang pujangga yang selalu menantinya setiap malam.

Diatas adalah sepenggal tulisan yang diambil dari diarynya ngatiyem ketika ia sedang dekat dengan mudakir (her boy next door). Dan sama sekali tidak ada hubungan dengan postingan kali ini, eh ada sih dikit tapi

Tema postingan kali ini mengenai perasaan yang bergejolak dalam liverku yang entah mengapa sulit sekali diungkapkan. Bahkan untuk memulainyapun aku bingung,oke bingung disini sebenarnya bukan karena saking groginya tapi karena emang lagi ngga ada ide. apa harus dimulai dengan kalimat perbandingan?

‘jika aku matahari maka kau adalah bulannya’ errrr~ Mana ada perempuan yang mau sama kamu kalau mereka disamain sama bulan, uda gede bulet permukaannya ga rata lagi dan untuk kita sendiri, anda menyamakan diri anda dengan salah satu department store dan anda bangga?
Sebelum melenceng lebih jauh mari kita mulai dari menggambarkan dia yang menjadi subjek dalam cerita ini..

(dia yang ada didalam ceritaku ini adalah wanita-perempuan-cewek jadi jangan sekalipun terbersit dipikiran kalian kalau dia yang ada didalam ceritaku ini adalah lelaki jantan)

Dia itu layaknya makanan cepat saji. ada didepan mata siap untuk disantap tapi masih terlalu panas untuk dinikmati. Jadi aku ngga mau terlalu cepat seperti makanan-makanan (baca : mantan-mantan) yang begitu cepat jadi begitu cepat menghilangnya. Sudah cukup permainan yang seperti itu.

Dia dengan tawanya yang keras dan tidak sesuai dengan porsi tubuhnya, illfeel dengan guyonanku yang dia anggap cabul, dia yang ketawa ketika mendengarku berbicara ‘aku deketin kamu setelah aku membenahi mukaku yang berantakan’, dia yang sayangnya sudah punya pacar (and am really want to kick then burn her helluvadumbshit boyfriend). Dia yang merasa aku perhatikan saat ospek *padahal waktu ospek aku macem mayat hidup ngga bisa mikir apa-apa apalagi merhatiin dia,dia yang bersikeras menganggap aku adalah orang cina dan dia yang membuat liverku dengan sukarela menyediakan satu ruang kosong untuk dirinya khusus untuk dirinya. Membuat otakku berhenti bekerja nervous setengah mati hingga kehilangan bahan buat bicara,membuatku berjalan dan menabrak apapun yang ada didepanku


dia yang begitu kecil bentuknya tapi begitu besar artinya untukku saat ini…

*Sepertinya aku harus sering curhat beginian via blog supaya makin terlatih kata-kata gombalku ini. Amin!