Jumat, 26 Juli 2013

Secangkir Kopi Meracik Tradisi

Kopi.

2tahun lalu kopi ini ngga lebih dari sekedar minuman berwarna hitam yang kalau ngga dikasi gula itu pahit.

2tahun lalu kopi itu ngga lebih dari sekedar kopi Nescafe sachet.

2tahun lalu kopi itu ngga lebih dari sekedar minuman yang kita pesen di Coffee Shop supaya bisa numpang wifi gratis dan keliatan gaul.

2tahun lalu aku ngga suka kopi.

Dan sekarang, aku terjun di dunia kopi. Bekerja di perusahaan trading kopi. Dan bertugas untuk mengedukasi masyarakat agar belajar mencintai kopi (sekalipun belum satupun yang tereduka.

Oke sampai dibagian ini, aku akan bercerita panjang lebar bagaimana ceritanya aku terjun di dunia kopi. Seriously, kalian ngga akan tertarik. Jadi jangan dilanjutkan baca.

Well, mari kita lanjut bercerita…

Awal mulanya, aku ngga pernah bermimpi kalau suatu saat bakal terjun ke dunia kopi. Karena mimpiku dulu adalah lulus kuliah ngga tau gimana caranya mendadak kaya raya. Buka usaha ternak babi ngepet, jual kain gombal yang aku sebut sebagai pesugihan atau buka jasa pelihara tuyul. Income 3 milyar tiap bulan. Punya istri 5 yang bohay semua, tapi aku baru inget sekarang aku punya pacar, pasti aku disinggung terus karena aku nyebut mengenai punya istri 5 bohay. Pasti dia bilang “oh aku ngga cukup bohay buat kamu, sana cari perawan lain” ya maklum perempuan, apalagi lagi dapet pula dia.

Oke sampe sini udah mulai melenceng, back to topic. 

Jadi entah kesambet apa tiba-tiba aku memberanikan diri melamar kerja sebagai Barista di salah satu Café. Bukan karena aku tertarik pada kopi, tapi karena saat itu sudah berada dipenghujung kuliah menuju lulus menyisakan satu hambatan hidup yaitu ‘SKRIPSHIT’
Mau kerja kantoran masih males plus ngga memungkinkan karena masih ada jadwal konsul sama dosen selain itu perusahaan mana yang mau hire aku yang masih plonga plongo cengengas cengenges waktu itu?

Apply job sebagai Barista di salah satu Café yang bahkan saat itu aku ngga tau Barista itu ngapain kerjanya bahkan ketika interview aku Cuma bisa jawab “setau saya cara membuat kopi itu cukup bubuk kopi berapa sendok makan tergantung selera lalu tuang air panas dan hidangkan, jangan lupa gula”. Aku ditanya apa itu Espresso cuma bisa diam dan tersenyum lalu geleng-geleng. Dan ajaibnya diterima!

Di Café tersebut aku yang ngga mengerti apa-apa terpaksa menjadi beban hidup oleh barista-barista lain yang sudah berpengalaman. Tapi untungnya mereka berbelas kasih untuk mengajarkan makhluk biadab ini tentang jenis-jenis kopi, jenis-jenis minuman serta penggunaan mesin kopi yang menurutku sangat canggih serta super panas. SERIUS PANAS!

1 tahun berada di Café tersebut menjadikanku Barista pemula dengan pengetahuan yang terbatas mengenai dunia kopi. Berbekal Ijazah dari kampus dan pengetahuan yang sangat amat terbatas itu, aku memberanikan diri untuk apply Barista di Perusahaan Trading Kopi. Nekat? Sangat, tapi kalau ngga dicoba mana tahu?

Dapet panggilan Interview dari perusahaan tersebut, ketika diinterview dalam bahasa Inggris, aku kembali plonga plongo dan cengengesan. Dan ajaibnya lolos (lagi). Entah ini aku yang terlalu beruntung atau perusahaan tersebut terlalu sial atau tidak ada pilihan lain selain menerima manusia satu ini.

Bekerja sebagai Barista di Café dan di Perusahaan itu rupanya cukup berbeda, karena di Café kita operational, serving kopi. Sedangkan di perusahaan kita sebagai back up team Marketing, kita bertugas untuk mengedukasi calon buyer Marketing tersebut mengenai Etimologi Dunia Kopi. Berbekal dengan pengetahuan yang terbatas itu aku survive di berbagai macam presentasi. Dan entah bagaimana caranya tiba-tiba dari pusat menunjuk Barista baru mereka yang suka melongo ini untuk ikut sertifikasi sebagai Cupper Kopi.

Cupper itu adalah orang yang menentukan kualitas dari suatu kopi, semacam Quality Control dalam dunia kopi. Lidah mereka adalah lidah yang peka dan dapat mengetahui setiap karakteristik tersembunyi dalam kopi.

Sepertinya keren dan emang keren!

Jadi bisa dibayangkan betapa bangga dan takutnya ketika mendapat kesempatan ini.

Sertifikasi tersebut diselenggarakan oleh SCAA (Specialty Coffee Association of America), yang ngajar disebut sebagai Q1 (Q One) selama 5 hari. Pesertanya dari berbagai Negara, mulai dari America – Cina – Korea – Vietnam dan jangan lupa, Tuan rumah Indonesia. Selama program tersebut kami benar-benar dicekokin yang namanya pengetahuan mendalam soal kopi. Mulai dari proses masih di pohon sampai layak di konsumsi. Dan di program ini lah aku baru tahu kalau kopi itu ternyata bukan cuma pahit tapi ada 4 komponen utama which is Pahit, Manis, Asam, Asin. Dan setelah 5 hari disertai Final Test, finally lolos ujian dan sukses menjadi Cupper bersertifikat!

Satu bentuk kebanggaan tersendiri, dan karena berbagai macam keberuntungan itu membawa makhluk biadab ini ke tanah Sumatera untuk belajar kopi lebih mendalam sampai sekarang.

Kenapa aku sebut hal-hal diatas adalah sebuah keberuntungan? karena sebelum terjun di dunia kopi ini, aku ngga tau aku mau jadi apa setelah aku lulus kuliah nanti, aku ngga tau mau hidup seperti apa atau sebagai apa. Aku bukan murid berprestasi, aku bukan atlit, hidupku diisi dengan tertawa. Ya mungkin itu lifetime achievementku, bikin orang lain tertawa entah itu dengan kebodohanku atau hal ini. Selain itu? im nobody. Intinya sih setiap orang diberikan satu kesempatan yang sama. Semua memulai di satu garis start yang sama. tinggal kitanya bagaimana,
 
Dan tibalah kita di bagian akhir postingan ini, aku tahu kalian akhirnya bersyukur karena postingan ini akhirnya selesai.

Well, akhir kata aku tetap ngga suka kopi, kopi itu pahit.